Revolusi Rusia
Revolusi Rusia
~ Pada masa pemerintahan Tsar Nicholas II (1894–1917), pemerintahan
sangat reaksioner dan bersifat otokratis. Akan tetapi, dalam bidang
ekonomi sangat progresif, terutama dalam bidang industri, seperti
industri tekstil, pertambangan, batubara, dan besi. Dengan industri yang
maju inilah maka muncullah kaum buruh. Pada tahun 1905 terjadi
pemberontakan kaum buruh yang bertujuan untuk menuntut perbaikan nasib
dan persamaan hak. Hal ini selaras dengan semboyan mereka, yakni sama
rasa sama rasa. Di samping itu, rakyat juga menuntut adanya pemerintahan
yang liberal. Pada saat itu, Rusia mengalami kekalahan dalam perang
melawan Jepang. Di tengah-tengah situasi yang sedang kacau itu, Tsar
Nicholas II masih mampu mengatasi keadaan dengan mengambil tindakan
dengan menjamin kebebasan berserikat dan pembentukan Duma (DPR).
Namun dalam Duma itu
sendiri terjadi pertentangan antara kaum Sosialis dan kaum Liberalis.
Kaum Sosialis menghendaki susunan masyarakat yang sosialis,sedangkan
kaum Liberal menghendaki adanya monarkhi konstitusional. Nicolas II
bersikap keras, dan memihak kepada kaum Sosialis sehingga Duma
dibubarkan. Hal inilah yang kemudian mendorong timbulnya revolusi. Nah,
pada kesempatan kali ini Zona Siswa akan mencoba membahas secara
lengkap mengenai Revolusi Rusia baik latar belakang, proses revolusi dan
dampaknya. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
A. Latar Belakang Revolusi Rusia
Sejak
kekalahannya dalam perang melawan Jepang pada tahun 1905, bayangan
revolusi selalu tampak di Rusia. Berbagai gerakan rakyat menentang
pemerintah ditindas dengan kekerasan senjata. Gerakan tersebut bersifat
sporadis dan seberapa pun usaha pemerintah untuk menindasnya,
gerakan-gerakan serupa selalu muncul. Akhirnya, revolusi sungguh-sungguh
terjadi di tengah Perang Dunia ketika Rusia mengalami
kekalahankekalahan besar. Sebab-sebab terjadinya revolusi sebagai
berikut.
- Pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksionerKetika negara-negara lain mulai mengakui hak-hak politik bagi warga negaranya, Tsar Nicholas II masih enggan melakukan hal yang sama. Ia memang mengizinkan dibentuknya Duma (daerah perwakilan rakyat Rusia), namun keberadaannya hanya sandiwara belaka. Pemilihan anggota Duma dilakukan dengan pura-pura karena pada praktiknya, anggota Duma adalah orang-orang yang propemerintahan Tsar. Hasil-hasil rapat dan rekomendasi Duma kepada Tsar tidak pernah dihiraukan.
- Susunan pemerintahan Tsar yang burukPemerintahan pada masa Tsar Nicholas II tidak disusun secara rasional, melainkan atas dasar favoritisme. Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap untuk pemerintahannya, orang-orang yang dipilihnya untuk jabatan-jabatan pemerintahan hanyalah orang-orang yang disukainya. Dalam hal ini, Nicholas II sangat dipengaruhi oleh istrinya, Tsarrina Alexandra. Alexandra sendiri sangat dipengaruhi oleh seorang biarawan yang menyebut dirinya sebagai utusan Tuhan, Grigori Rasputin. Alexandra dan Rasputin adalah orang-orang yang sangat kolot dan benci terhadap segala macam paham baru.
- Perbedaan sosial yang mencolokKondisi kehidupan antara kedua golongan masyarakat di Rusia pada masa itu sangat jauh perbedaannya. Tsar dan para bangsawan hidup mewah dan kaya raya, sementara rakyat, terutama petani dan buruh, sangat miskin dan sengsara. Bangsawan juga memiliki berbagai macam hak yang tidak dimiliki rakyat, bahkan banyak hak rakyat yang diabaikan. Sekalipun perbudakan telah dihapuskan, para bangsawan tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak dalam kehidupan sehari-hari.
- Persoalan tanahPerubahan kebijakan agraria oleh Menteri Stolypin pada tahun 1906 hanya menghasilkan perubahan tanah-tanah mir menjadi milik perseorangan anggota mir. Di luar mir, masih banyak tanah berukuran luas yang menjadi milik para tuan tanah, baik bangsawan maupun para kulak (petani-petani besar). Tanah-tanah ini dikerjakan oleh para petani kecil (buruh tani). Para buruh tani ini lalu berusaha menuntut tanah yang seharusnya menjadi miliknya.
- Adanya aliran-aliran yang menentang TsarDalam revolusi pada tahun 1905, aliran-aliran yang menentang Tsar dapat ditindas, tetapi tidak lenyap. Mereka melakukan gerakan bawah tanah dan mengumpulkan kekuatan sambil menunggu kesempatan untuk kembali muncul. Aliran-aliran tersebut adalah aliran liberal dan sosialis. Kaum liberal yang disebut Kadet (Konstitusional Demokrat). Aliran ini menghendaki Rusia menjadi kerajaan yang berundang-undang dasar. Kaum sosialis menghendaki susunan masyarakat yang sosialis serta pemerintahan yang modern dan demokratis. Kaum sosialis merupakan anasir yang revolusioner dan terbagi lagi atas dua aliran: Mensheviks (moderat atau sosial demokrat) dan Bolsheviks (radikal, kemudian berkembang menjadi partai komunis). Golongan Mensheviks dipimpin oleh Georgi Plekhanou yang kemudian digantikan oleh Kerensky. Adapun golongan Bolsheviks dipimpin oleh Lenin dan Trotsky.
Kekalahan perang
Ketika
melibatkan diri dalam Perang Dunia I, sebenarnya Rusia tidak mempunyai
tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang karena terikat dan
terseret oleh perjanjian-perjanjiannya dengan negara-negara lain,
terutama yang tergabung dalam Triple Entente. Keikutsertaan Rusia dalam
Perang Dunia I mendapat sambutan dingin dari rakyatnya. Peperangan yang
tidak didukung oleh rakyat tentu menghasilkan kekalahan.
Kekalahan-kekalahan besar Rusia (pertempuran di Tannenberg dan di
sekitar danau-danau wilayah Masuri) semakin mengecewakan hati dan
melenyapkan kepercayaan rakyat kepada Tsar. Rakyat mulai jemu pada
peperangan dan menginginkan kedamaian.
Ancaman bahaya kelaparan
Lima
belas juta warga Rusia dimobilisasi untuk perang. Kesejahteraan mereka
harus dijamin penuh oleh negara. Sementara, banyaknya orang yang dikirim
ke medan perang berakibat kurangnya tenaga kerja, baik dalam bidang
industri maupun pertanian. Macetnya industri dan pertanian ini
menimbulkan bahaya kelaparan sebab kurangnya bahan makanan. Perekonomian
negara pun menjadi kacau balau.
![]() |
Ilustrasi Lenin ~ Sosok Penting dalam Revolusi Rusia |
B. Prosess Terjadinya Revolusi Rusia
Revolusi Rusia tahun 1917 dapat dibagi menjadi dua tahap, yakni Revolusi Februari 1917 dan Revolusi Oktober 1917.
1. Revolusi Februari 1917
Revolusi
ini dimulai dari Petrograd (sekarang Leningrad) dengan demonstrasi yang
menuntut bahan makanan, kemudian diikuti dengan pemogokan di
perusahaan-perusahaan. Revolusi yang digerakan oleh kaum Kadet,
Menshewiki, dan Bolshewiki ini kemudian berhasil menggulingkan Tsar
Nicholas II. Tampuk pemerintahan dikendalikan oleh kaum Kadet dengan
bentuk pemerintahan sementara.
Akan
tetapi, kaum Kadet tidak segera mengadakan perubahan-perubahan seperti
yang dituntut oleh rakyat. Kaum Menshewiki di bawah pimpinan Karensky
kemudian menggulingkan kaum Kadet dan memegang tampuk pemerintahan.
Program kaum Menshewiki pertama-tama ialah menjunjung kembali kehormatan
Rusia di mata dunia internasional (karena kekalahan-kekalahan Rusia
dalam peperangan), setelah itu baru mengadakan perubahan pemerintahan
dalam negeri. Serangan besar-besaran terhadap Jerman (dalam Perang Dunia
I) segera dilangsungkan, namun gagal. Hal inilah mengakibatkan
hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Menshewiki.
Kesempatan ini digunakan dengan sebaik-baiknya oleh kaum Bolshewiki
untuk menyusun kekuatan guna merebut pemerintahan.
2. Revolusi Oktober 1917
Ketika
pemerintahan Menshewiki kehilangan kepercayaan di mata rakyat, kaum
Bolshewiki segera mendekati rakyat dan menjanjikan adanya kedamaian dan
pembagian tanah. Dengan cara ini kaum Bolshewiki mendapatkan simpati dan
dukungan dari rakyat. Kaum Bolshewiki yang semula telah mempersiapkan
diri dengan mengadakan wajib militer kepada para pekerja (yang kemudian
menjadi Pengawal Merah) di bawah pimpinan Trotsky, siap untuk merebut
kekuasaan.
Revolusi
di mulai di Petrograd lagi di bawah pimpinan Lenin yang menyerukan
untuk mendirikan Republik Soviet. Angkatan Darat dan Angkatan Laut di
Petrograd memihak Lenin. Pada tanggal 25 Oktober 1917 pemerintah
Menshewiki di bawah pimpinan Kerensky berhasil digulingkan. Kaum
Bolshewiki akhirnya berhasil memegang tampuk pemerintahan baru di Rusia.
C. Dampak dari Revolusi Rusia
Revolusi
Rusia yang dimenangkan oleh kaum komunis radikal (Bolshevik) berdampak
pada meluasnya paham komunisme di dunia. Negara-negara dunia ketiga yang
pada saat itu masih dijajah bangsa lain dengan segera mengadopsinya.
Juga negara-negara yang baru terbentuk dan negara-negara yang rakyatnya
telah bosan hidup dalam kekangan feodalisme penguasa.
Paham
baru ini pun dengan segera menjalar ke Indonesia yang pada saat itu
tengah menghidupkan organisasi-organisasi pergerakan ke arah
kemerdekaan. Organisasiorganisasi yang menganutnya juga bersikap radikal
(nonkooperatif) terhadap Belanda, bahkan di kemudian hari jelas-jelas
melakukan pemberontakan. Contohnya adalah ISDV yang setelah Indonesia
merdeka mengubah nama menjadi PKI.
MATERINYA DISINI
MATERINYA DISINI
Komentar
Posting Komentar